IQNA

Sebuah Kitab yang Menjawab tentang Identitas Islam

18:44 - August 03, 2016
Berita ID: 3470579
IRAN (IQNA) - Ahmed Shahab dalam buku What is Islam (Apa itu Islam) mencari sebuah metode untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang identitas Islam dan dengan jitu menjauhkan kontradiksi dan pertentangan-pertentangan yang diharapkan oleh banyak musuh Islam.

Menurut laporan IQNA, Mehdi Zare Bieib, penanggung jawab rumah kebudayaan Iran di Mumbai India, menganalisa dan mengkaji buku "Apa itu Islam”, karya Shihab Ahmed, cendekiawan muslim keturunan Pakistan dan kemudian memberikannya kepada IQNA.

Buku Apa itu Islam? Ditulis dalam bahasa Inggris dan untuk pertama kalinya dicetak di Amerika setelah penulisnya meninggal pada tahun 2015.

Buku ini tebalnya 609 halaman dan penerbit universitas Princeton Amerika yang telah menyusun dan memublikasikannya.

Sebuah Kitab yang Menjawab tentang Identitas Islam

Mahdi Zare Bieib, Atase Rumah Budaya Iran di Mumbai-India 

Dalam notasi wakil kebudayaan Iran di Mumbai yang pembahasannya juga disandarkan pada harian India Indian Express, memperkenalkan penulis buku sebagai berikut:

Shahab Ahmed, cendekiawan muslim Pakistan – Amerika lahir pada tahun 1966 dan meninggal tahun 2015. Ia termasuk salah seorang peneliti agama suci Islam di universitas Harvard Amerika dan juga mengajar di universitas Princeton dan universitas Brown. Ia menulis buku What is Islam? Namun bukunya dipublikasikan setelah kematiannya.

What is Islam, sebuah buku dengan bahasa mudah yang ditulis tentang agama suci Islam. Dalam buku ini sang penulis berusaha mengkaji dan menganaslisa agama Islam dalam perspektif Mistisme dan dengan menggunakan ajaran-ajaran sejarah antara era Ibnu Sina sampai era Nusrat Fateh Ali Khan (seorang musisi Pakistan yang dikenal di seluruh dunia. Khususnya, ia adalah penyanyi Qawwali, musik puji-pujian para Sufi Islam memuja keagungan Allah SWT, Muhammad SAW, dan syair-syair puisi yang bersifat Islami. Qawwali populer di daerah utara India dan Pakistan. Ustad Nusrat memiliki reputasi membawa musik tradisional ini ke level internasional dan menciptakan generasi baru pecinta Qawwali, baik di Pakistan maupun di seluruh dunia, yang meninggal pada tahun 1977 Masehi). Dengan mengkaji sejarah Mistisme dan efektivitas makna-maknanya dalam satu periode sejarah dari ide-ide masyarakat waktu itu dapat mengetengahkan makna sahih, mendalam dan dapat diterima tentang Islam.

Jawaban pertanyaan Apa itu Islam sangatlah sukar; karena sebagian memandang Islam dengan tanpa memperhatikan pokok dan dengan pandangan keraguan dan hal ini menyebabkan ketidakadilan kepada jutaan kaum muslim, sebagian yang lain juga dengan tendensi similaritisme dengan gampang mendeskripsikan Islam sebagai agama beragam, yang memiliki banyak cabang dan keyakinan-keyakinan Islam bersumber dari perilaku dan keyakinan-keyakinan masyarakat. Namun, Ahmed dengan bijak dalam bukunya mencari metode untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang identitas Islam dan dengan piawai dapat menjauhkan kontradiksi dan pertentangan-pertentangan yang diharapkan oleh banyak musuh Islam.

Ahmed sangat antusias dalam menjelaskan kembali makna-makna dasar pemikiran Islam dan jauh dari hukum dan buku sehingga sampai pada eksperimen dan akal. Bab pertama buku ini dimulai dengan enam pertanyaan tentang Islam, yang mengandung meditasi mistis yang mendalam.

Apa hubungan antara akal dan wahyu? Pertama Ahmed sebagai ganti hanya sekedar mengupas tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina dan Mulla Sadra, ia juga menyebutkan teori-teori filsafat mereka dan menunjukkan bagaimana sampai kepada hakikat Ilahi dari aspek sejarah. Kedua, ia mengisyaratkan sebuah cara, yang menunjukkan pondasi dasar Islam berkisar ilmu eksperimen akan hakikat Ilahi, bukan mengikuti hukum. Ketiga, ia berargumentasi pendapat Wahdatul Wujud memberi makna khusus atas metode penciptaan semesta.

Pembahasan penyembahan Allah dalam irfan Ibnu Arabi berubah menjadi sebuah sarana bagi para ekstremis. Ibnu Arabi dengan berargumentasi pada ayat suci Al-Quran, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” (QS. Al-Anbiya’: 25) berkeyakinan bahwa ini bukan berarti Allah memerintahkan supaya kita tidak menyembah seseorang kecuali hanya Dia, namun maksudnya adalah bahwa Dzat Allah adalah satu hakikat yang fadhil (utama) dan segala bentuk penyembahan secara langsung dan wajib kembali kepadanya. Dengan demikian segala bentuk ibadah, bahkan penyembahan berhala merupakan manifestasi dari Allah.

Pertanyaan keempat terkait kedudukan cinta, khususnya ketidakpastian dan ambiguitas adalah satu hal dimana Dariush Shayegan (filosof dan cendekiawan kontemporer Iran) menyebutnya sebagai "Humanisme” dalam Islam. Pertanyaan kelima yang diyakini oleh banyak orang yaitu manusia melarang memiliki segala jenis nabi; namun dalam agama Islam tidak hanya hal ini dinafikan, bahkan membenarkan hal tersebut, yaitu diutusnya para utusan Allah untuk meningkatkan kedudukan agung manusia. Pertanyaan keenam tentang minuman keras. Bagaimana sesuatu yang secara lahiriah dalam ceramah-ceramah adalah hukum yang haram; namun ironisnya bernilai di kalangan sebagian para cendekiawan Islam!

Shihab Ahmed menelusuri radikalisme dan ekstremisme dalam sejarah secara gesit. Ia yakin bahwa tafsir dan ide-ide aliran sufi tidak dalam marginal namun di pusat Islam dan dari Bengal sampai Balkan dasar kebudayaan muslim dibangun berdasarkan Mistisme. Ia mahir berargumentasi dengan salah satu hakikat politik, dimana biasanya selaras dengan kebanyakan mazhab yang ada dan itu adalah tidak ada perbedaan antara sekular dan ulama dan perbedaan ini antara bagian umum dan khusus. Penelitian modern tentang Islam dimulai dari Marshall Goodwin Simms Hodgson sampai Tariq Ramadan, kesemuanya mengklasifikasi mazhab.

Di penghujung, bagian terpenting buku tersebut adalah pembahasan tentang hubungan antara hakikat, teks hadis dan sunnah dan akhirnya masyarakat. Ahmed secara urut menamakan tiga hal ini dengan topik, teks dan isi. Ia berpendapat dunia harus dibaca dengan teks sehingga dapat ditafsirkan, sehingga bahkan non muslim juga bisa mendapatkan makna Islam. Ini adalah sejenis gerakan harmonik yang mengizinkan Dara Shikok (pendiri mistime komparatif) berargumentasi bahwa Upanisad (dari referensi dan teks-teks suci Hinduisme) juga dapat dipakai untuk menafsirkan Al-Quran.

Sebuah pertanyaan yang dibiarkan tanpa jawaban oleh Ahmed adalah apa yang menyebabkan agama berubah dari bentuk eksperimennya sebagai hakikat tak terbatas menjadi agama yang dibatasi dengan rintangan-rintangan undang-undang. Apakah kita menempatkan diri kita dalam penghambaan Allah dan tidak mengindahkan kehadiran-Nya? Apakah ini terkait dengan dunia modern, sebuah tempat yang tinggi yang diringkas dengan sosial yang kosong dari aksioma?

Ahmed meninggal dunia di usia muda dan sebelum kitabnya dicetak. Namun sebuah kitab yang sangat menakjubkan dalam ingatan, sebuah kitab langka dalam penelitian-penelitian kontemporer.

Pertimbangan dan analisis: Irnonisnya dalam beberapa tahun ini kita menyaksikan serangan-serangan teroris ke pelbagai tempat dunia. Mayoritas serangan ini dilakukan oleh para kelompok ekstrem dan radikal, namun dalam opini umum kesemua itu dikaitkan dengan agama suci Islam. Buku ini, dengan mengggunakan teori-teori Mistisme menghilangkan kesalahpahaman tentang agama Islam.

http://iqna.ir/fa/news/3519450

Kunci-kunci: iqna ، iran ، mumbai ، india
captcha